Perencanaan jenjang keanggotaan dalam suatu organisasi untuk saat ini dirasa sangat perlu untuk dipersiapkan, karena didalam menjaga keberlangsungan organisasi untuk periode selanjutnya maka perlu adanya perencanaan calon penerus tongkat estafet kepengurusan dan oleh karena itu perlu direncanakan secara matang baik langkah taktis maupun langkah praktis pelaksanaannya sejak dini. Seperti halnya didalam suatu organisasi profit, organisasi non profit pun perlu melakukan perencanaan ini untuk mengatasi kejadian yang tidak diinginkan dipertengahan jalan atau di akhir masa kepengurusan tidak perlu lagi susah untuk mencari calon pengganti ketua yang sedang menjabat saat itu. Berdasarkan pengalaman dari beberapa organisasi yang pernah saya ketahui dan melihat pada kondisi organisasi yang ada serta iklim sosial anggota organisasi saat ini maka dapat saya tarik kesimpulan bahwa kebanyakan mereka belum dapat menentukan siapa calon yang tepat yang akan menggantikan ketua saat ini dan prosesi penggantian ketua diserahkan kepada peserta yang mengikuti proses pergantian ketua tersebut dengan sepenuhnya, jadi siapapun yang terpilih ketika itu maka dialah yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dan belajar tentang segala hal mengenai organisasi sambil menjalankan organisasi tersebut istilahnya belajar sambil jalan.
Memang hal tersebut dapat dilakukan dengan baik ketika kondisinya ketua terpilih serta jajaran didalam kepengurusan tetap dapat menjaga api semangat dalam dirinya agar tetap menyala sehingga semangat untuk terus belajar dan berorganisasi dapat terus berjalan namun jika terjadi penurunan semangat diantara mereka maka akan berdampak pada berjalannya roda organisasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan yang matang sejak dini dan mempersiapkan dengan sebaik-baiknya calon-calon pemimpin yang akan diusung untuk menjadi pemegang tongkat estafet pada generasi-generasi yang akan datang, dan pada tulisan ini saya mencoba untuk menuliskan gagasan perencanaan jenjang keanggotaan yang menurut saya dapat menjaga keberlangsungan organisasi tersebut setidaknya untuk dua atau tiga generasi yang selanjutnya dengan catatan faktor-faktor pendukung dalam konsep ini berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep ini terdiri dari tiga level keanggotaan, yaitu anggota tingkatan pertama (anggota baru), anggota tingkatan kedua (jajaran pengurus) dan anggota tingkat atas (pemimpin/leader).
Anggota tingkatan pertama yaitu seluruh anggota yang baru direkrut dan dididik dengan segala jenis pendidikan yang ada didalam organisasi tersebut dan secara resmi telah menjadi anggota organisasi tersebut. Sebagaimana mestinya anggota suatu organisasi pastinya hal yang dilakukan oleh anggota baru dalam suatu organisasi adalah "menerima" dalam artian mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengurus suatu oganisasi yang mana kegiatan tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan dalam rangka mempersiapkan dan mematangkan anggota didalam hal keterampilan maupun pengetahuan. Hal ini merupakan suatu agenda wajib didalam suatu organisasi karena merupakan kegiatan transformasi pengetahuan dan keilmuan untuk generasi penerus organisasi tersebut, sehingga apa yang menjadi tujuan kepengurusan dapat tersampaikan kepada seluruh anggota dan menjadi pemahaman bersama sehingga dapat dicapai dengan cara seksama dan anggota baru juga dapat meminta agar diadakan suatu kegiatan yang dirasa diperlukannya kepada pengurus organisasi sehingga terjadi dinamisasi antara pengurus dan anggota didalam melaksanakan kegiatan dan kegiatan tersebut memang benar-benar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anggota kondisi yang sedang terjadi.
Memasuki fase yang selanjutnya yaitu anggota tingkatan kedua yang merupakan jajaran pengurus didalam organisasi tersebut atau lebih kongkritnya yaitu jajaran anggota bidang didalam kepengurusan. Pada level ini merupakan fase penggerak didalam suatu roda organisasi karena pada tingkatan ini setiap anggota sudah waktunya untuk "memberikan" apa yang sudah dia dapatkan sebelumnya sehingga proses transformasi pengetahuan dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Sebagaimana fungsinya tingkatan anggota kedua yang merupakan jajaran pengurus ini adalah menjalankan roda oganisasi dengan berbagai macam agenda yang telah direncanakan sehingga keberlangsungan (keaktifan) organisasi dapat terjaga dengan intensitas kegiatan yang dilakukan, dari hal itulah kita dapat menilai apakah organisasi tersebut eksis atau tidak karena indikator organisasi dikatakan aktif salah satunya adalah dari seberapa sering organisasi tersebut melaksanakan kegiatan. Bukan hanya itu saja, ada tugas lain yang diemban oleh anggota pada tingkatan ini yaitu menjaring aspirasi dan menjalin komunikasi secara masif dengan anggota dibawahnya sehingga apa yang menjadi keinginan anggota dapat segera diketahui dan diwujudkan.
Fase yang ketiga adalah anggota tingkat atas atau pemimpin (leader), pada tingkatan ini tentunya tidak semua orang dapat menikmatinya karena seiring berjalannya waktu dan seleksi alam yang berlaku maka tidak dapat dipungkiri jumlah anggota akan semakin menyusut. Oleh karena itu seorang anggota yang dapat mencapai fase ini sudah dapat dipastikan merupakan sosok yang mampu untuk menjadi seorang pemimpin karena dilihat dari kemampuan, pengetahuan dan pengalaman pada fase yang sebelumnya sudah tentu dia memiliki gambaran langkah dan strategi yang perlu dilakukan untuk merubah kondisi menjadi lebih baik dan hal yang menjadi nilai lebih adalah komitmen dan loyalitas terhadap organisasi tidak perlu diragukan lagi karena dia sudah melewati segalah rintangan dan proses seleksi alam yang mampu menumbangkan beberapa rekan seperjuangannya. Seperti pada fase sebelum-sebelumnya fase ini pun memiliki tugas yang harus dijalankan demi tetap berputarnya roda organisasi, jika pada fase sebelumnya merupakan pelaksana kegiatan maka pada fase ini sebagai "konseptor" yang menentukan arah kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi saat itu. Pembacaan kondisi dan isu-isu yang berkembang didalam organisasi harus segera ditindak lanjuti sehingga tidak terjadi ketertinggalan informasi yang bisa menjadi pemicu permasalahan yang mungkin dapat berefek buruk kepada organisasi, sebagaimana fungsinya diatas maka didalam langkah praktisnya fase ini terdapat pada posisi jabatan ketua umum, wakil ketua, dan ketua bidang-bidang yang ada, sehingga masing-masing tingkatan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan oleh para leader tiap lini atau Badan Pengurus Harian.
Dengan keberadaan tiga unsur atau jenjang tersebut maka organisasi itu setidaknya dapat terjaga keberlangsungannya untuk dua generasi yang akan datang karena secara konsep jenjang keanggotaan diatas dapat belangsung untuk tiga periode, dan setelah melewati ketiga jenjang tersebut maka anggota tersebut sudah mampu untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi lagi. Konsep ini dapat berjalan dengan optimal apabila segala hal dan faktor-faktor yang terkait dapat berjalan sebagaimana mestinya dan juga sangat tergantung pada iklim sosial pada organisasi tersebut apakah dapat dijalankan dengan konsep semacam ini atau tidak, jika tidak sesuai maka tentunya setiap organisasi meiliki strategi dan konsep tersendiri didalam menjaga keberlangsungan organisasinya dan tentu itu semua cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing organisasi tersebut, tulisan ini hanya sekedar referensi bagi pembaca yang mungkin dapat diterapkan pada organisasi yang diikuti.
0 Pesan:
Posting Komentar